Pencarian

Seluk-Beluk Inflamasi: Hal-Hal yang Harus Diketahui Perawat

post-title

Inflamasi atau peradangan adalah reaksi alami tubuh terhadap cedera, infeksi, atau iritan. Itu adalah bagian penting dari sistem kekebalan yang membantu melindungi tubuh dari bahaya lebih lanjut.

Inflamasi dipicu ketika tubuh memproduksi sel-sel darah putih dan berbagai zat lain sebagai respons pertahanan terhadap serangan bakteri dan virus. Proses ini meningkatkan aliran darah ke area tertentu, menyebabkan sensasi panas dan kemerahan.

Beberapa zat kimia yang dikeluarkan dalam proses ini juga merangsang kebocoran cairan ke jaringan di sekitarnya, yang menghasilkan pembengkakan dan rasa sakit.

Proses Terjadinya Inflamasi

Berikut adalah prosesnya :

1. Pelepasan mediator inflamasi

Ketika suatu bagian dari tubuh mengalami cedera atau infeksi, sel-sel di area tersebut melepaskan berbagai zat kimia yang dikenal sebagai mediator inflamasi. Ini termasuk zat seperti histamin, prostaglandin, dan sitokin.

2. Vasodilatasi dan peningkatan aliran darah

Mediator inflamasi ini menyebabkan pembuluh darah di area yang terkena untuk melebar, proses yang dikenal sebagai vasodilatasi. Ini menghasilkan kemerahan dan panas yang sering dikaitkan dengan inflamasi. Mereka juga meningkatkan aliran darah ke area tersebut.

3. Ekstravasasi dan kemotaksis

Vasodilatasi dan peningkatan aliran darah memungkinkan leukosit, jenis sel darah putih, untuk meninggalkan pembuluh darah dan masuk ke jaringan yang terkena. Proses ini disebut ekstravasasi. Selain itu, mediator inflamasi menarik lebih banyak leukosit ke area yang terkena, sebuah proses yang dikenal sebagai kemotaksis.

4. Fagositosis

Setelah sampai di area yang terkena, leukosit melanjutkan untuk menghancurkan dan menghilangkan agen yang merusak, seperti bakteri atau sel rusak, dalam proses yang disebut fagositosis.

(Ilustrasi proses terjadinya inflamasi. Sumber : Medic Tests)

Proses ini membantu melindungi tubuh dari kerusakan lebih lanjut dan memulai proses penyembuhan. Tapi, jika inflamasi tidak dikendalikan dan berlanjut untuk waktu yang lama, itu dapat menyebabkan kerusakan jaringan dan berbagai masalah kesehatan lainnya. Ini dikenal sebagai inflamasi kronis dan sering dikaitkan dengan berbagai penyakit seperti diabetes, penyakit jantung, dan beberapa jenis kanker.

Inflamasi Akut

Inflamasi akut adalah tipe inflamasi yang terjadi sebagai respons segera dan cepat terhadap suatu cedera atau infeksi. Ini biasanya berlangsung dalam waktu yang singkat, mulai dari beberapa menit hingga beberapa hari, tetapi bisa juga berlangsung hingga beberapa minggu, tergantung pada jenis dan tingkat kerusakan atau agen yang merusak.

Inflamasi akut dimulai dengan pelepasan berbagai mediator inflamasi oleh sel-sel di area yang terkena. Ini memicu serangkaian perubahan di area tersebut, termasuk :

1. Vasodilatasi

Pembuluh darah di area yang terkena melebar, meningkatkan aliran darah ke area tersebut. Ini menghasilkan kemerahan dan panas yang sering dikaitkan dengan inflamasi.

2. Ekstravasasi Leukosit

Mediator inflamasi juga membuat dinding pembuluh darah menjadi lebih permeabel, memungkinkan leukosit (sel darah putih) untuk keluar dari pembuluh darah dan masuk ke jaringan yang terkena.

3. Fagositosis

Leukosit menghancurkan dan menghilangkan agen yang merusak, seperti bakteri atau sel rusak.

Gejala inflamasi akut biasanya termasuk kemerahan, pembengkakan, panas, nyeri, dan mungkin disfungsi organ atau bagian tubuh yang terkena. Meski bisa mengganggu, perlu diingat bahwa ini adalah bagian dari proses penyembuhan alami tubuh.

Meski inflamasi akut biasanya bermanfaat, ada situasi di mana respons tersebut bisa menjadi berlebihan dan berbahaya, seperti dalam kasus reaksi alergi parah atau kondisi autoimun, di mana sistem imun tubuh menyerang sel-sel dan jaringan tubuh sendiri.

Inilah beberapa situasi yang dapat memicu inflamasi akut :

- Bronkitis akut, suatu kondisi dimana saluran udara menuju paru-paru mengalami peradangan.

- Infeksi yang disebabkan oleh pertumbuhan kuku kaki ke dalam.

- Kondisi sakit tenggorokan yang disertai flu.

- Luka atau goresan pada permukaan kulit.

- Dermatitis, suatu kondisi kulit yang meliputi berbagai penyakit termasuk eksim, yang ditandai dengan ruam merah dan gatal pada daerah yang biasanya ditekuk (seperti bagian dalam siku dan belakang lutut).

- Sinusitis, suatu kondisi yang biasanya disebabkan oleh infeksi virus dan menyebabkan peradangan singkat pada membran hidung dan sinus di sekitarnya.

- Cedera fisik.

Inflamasi Kronis

Inflamasi kronis adalah jenis inflamasi yang berlangsung dalam jangka waktu yang lama, biasanya berbulan-bulan hingga bertahun-tahun. Berbeda dengan inflamasi akut yang merupakan respons langsung terhadap cedera atau infeksi dan biasanya selesai setelah masalah tersebut diatasi, inflamasi kronis bisa berlangsung bahkan ketika penyebab awal sudah tidak ada lagi.

Inflamasi kronis sering kali kurang intens dibandingkan inflamasi akut, tetapi dapat tetap menyebabkan kerusakan jaringan sepanjang waktu karena respon inflamasi terus-menerus. Ini terjadi ketika sel-sel sistem kekebalan tubuh merusak sel-sel dan jaringan sehat, baik secara langsung melalui zat kimia yang mereka lepaskan atau secara tidak langsung melalui perubahan yang mereka dorong dalam lingkungan sel.

Beberapa penyebab inflamasi kronis meliputi :

- Artritis inflamasi, merujuk pada sekelompok kondisi yang ditandai dengan peradangan pada sendi dan jaringan, termasuk rheumatoid arthritis, lupus, dan psoriatic arthritis.

- Asma, kondisi yang mengakibatkan peradangan pada saluran udara yang berfungsi untuk mengangkut oksigen ke paru-paru, menyebabkan saluran ini menjadi sempit dan membuat pernapasan menjadi sulit.

- Periodontitis, suatu kondisi yang mengakibatkan peradangan pada gusi dan struktur penunjang gigi lainnya, yang disebabkan oleh infeksi bakteri yang memicu peradangan di tempat tersebut.

- Penyakit radang usus atau IBD, merujuk pada penyakit Crohn dan kolitis ulserativa. Kedua kondisi ini menimbulkan peradangan kronis pada saluran pencernaan, yang pada akhirnya mengakibatkan kerusakan pada saluran tersebut.

Selain itu ada juga penyakit metabolik seperti diabetes tipe 2, penyakit neurodegeneratif seperti Parkinson dan beberapa jenis kanker, misalnya kanker usus besar.

Gejala inflamasi kronis bisa sangat beragam, tergantung pada organ atau sistem yang terpengaruh dan sejauh mana inflamasi tersebut. Bisa saja seseorang tidak merasakan gejala apapun, atau merasakan gejala yang sangat umum dan non-spesifik, seperti kelelahan, demam ringan, dan sakit kepala. Dalam beberapa kasus, inflamasi kronis bisa berkontribusi terhadap perkembangan kondisi serius seperti penyakit jantung, diabetes, dan beberapa jenis kanker.


Perbedaan tentang inflamasi akut dan kronis bisa kamu ketahui lebih dalam melalui video ini. Aktifkan auto-translate ke bahasa Indonesia, ya! :


Gejala Inflamasi

Seperti dijelaskan sebelumnya, gejala inflamasi bisa beragam, tergantung pada lokasi dan tingkat keparahan inflamasi tersebut. Tapi, ada lima tanda klasik inflamasi yang sering disebut dalam ilmu kedokteran, yaitu :

1. Rubor (Kemerahan): Ini terjadi karena peningkatan aliran darah ke area yang meradang sebagai bagian dari respons inflamasi.

2. Calor (Panas): Sama seperti kemerahan, ini juga disebabkan oleh peningkatan aliran darah. Tubuh juga mungkin menghasilkan lebih banyak panas di area tersebut sebagai bagian dari respon imun.

3. Tumor (Pembengkakan): Permeabilitas pembuluh darah meningkat saat inflamasi, memungkinkan lebih banyak cairan dan sel-sel darah putih merembes ke jaringan sekitar, yang menyebabkan pembengkakan.

4. Dolor (Nyeri): Nyeri biasanya terjadi karena kerusakan jaringan atau iritasi saraf oleh zat kimia yang dihasilkan selama inflamasi. Pembengkakan juga bisa menambah tekanan pada saraf, yang menyebabkan nyeri.

5. Functio laesa (Kehilangan fungsi): Dalam beberapa kasus, area yang meradang mungkin tidak dapat bekerja sebagaimana mestinya. Misalnya, inflamasi pada sendi dapat membatasi gerakan.

(Ilustrasi lima tanda gejala inflamasi. Sumber : Verywell Health)

Gejala-gejala lain yang mungkin terjadi meliputi kelelahan, demam ringan, dan sakit kepala, terutama jika inflamasi berlangsung lama atau menyebar di seluruh tubuh. Selain itu, beberapa kondisi inflamasi kronis, seperti penyakit autoimun, mungkin juga menyebabkan gejala yang berhubungan dengan sistem atau organ yang terkena.

Diagnosa Inflamasi

Proses diagnosa inflamasi biasanya melibatkan beberapa langkah, termasuk pemeriksaan fisik, riwayat medis pasien, dan berbagai jenis tes dan prosedur.

1. Pemeriksaan Fisik

Dokter biasanya akan memeriksa daerah yang meradang, mencari tanda-tanda klasik inflamasi seperti kemerahan, pembengkakan, panas, dan nyeri.

2. Riwayat Medis

Dokter akan bertanya tentang gejala yang dialami pasien, berapa lama gejala telah berlangsung, dan apakah ada faktor pemicu yang diketahui. Ini bisa membantu mengidentifikasi apakah inflamasi adalah akut atau kronis, dan apa yang mungkin menjadi penyebabnya.

3. Tes Darah

Tes darah dapat membantu dokter mengukur tingkat zat tertentu dalam darah yang meningkat saat inflamasi. Ini meliputi sel darah putih dan protein tertentu yang disebut marker inflamasi, seperti protein C-reaktif (CRP) dan laju endap darah (ESR).

4. Tes Pencitraan

Pada beberapa kasus, dokter mungkin menggunakan tes pencitraan seperti X-ray, CT scan, atau MRI untuk melihat lebih jelas daerah yang meradang. Ini bisa membantu mengidentifikasi sejauh mana inflamasi tersebut dan apa yang mungkin menjadi penyebabnya.

5. Biopsi

Dalam beberapa kasus, dokter mungkin perlu mengambil sampel jaringan dari daerah yang meradang untuk diperiksa di laboratorium. Ini bisa membantu mengidentifikasi apa yang menyebabkan inflamasi dan sejauh mana kerusakan jaringan.

Jika inflamasi disebabkan oleh kondisi medis tertentu, dokter juga mungkin perlu melakukan tes tambahan untuk mendiagnosis kondisi tersebut. Misalnya, jika dokter mencurigai arthritis reumatoid, dia mungkin meminta tes darah untuk mencari antibodi tertentu yang terkait dengan kondisi tersebut.

Pencegahan Inflamasi

Ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mencegah atau mengurangi risiko terjadinya inflamasi, khususnya inflamasi kronis:

1. Makanan Sehat dan Bergizi

Diet seimbang yang kaya akan buah-buahan, sayuran, biji-bijian, dan protein tanpa lemak dapat membantu mencegah inflamasi. Makanan ini kaya akan antioksidan dan nutrisi lain yang membantu melindungi tubuh dari kerusakan dan inflamasi. Sebaliknya, makanan yang tinggi lemak jenuh, gula tambahan, dan makanan olahan dapat memicu inflamasi.

2. Olahraga Teratur

Aktivitas fisik secara teratur dapat membantu mengurangi inflamasi dengan menurunkan berat badan dan menjaga fungsi sistem kekebalan tubuh.

3. Menghindari Merokok dan Alkohol

Merokok dan minum alkohol secara berlebihan dapat merusak sel dan jaringan tubuh, yang bisa memicu inflamasi.

4. Pengelolaan Stres

Stres kronis dapat memicu atau memperburuk inflamasi. Mengelola stres melalui teknik seperti meditasi, yoga, atau latihan pernapasan bisa membantu.

5. Tidur yang Cukup

Tidur yang cukup juga penting untuk mencegah inflamasi. Selama tidur, tubuh melakukan banyak proses perbaikan dan pemulihan yang bisa membantu mencegah inflamasi.

6. Mengendalikan Kondisi Medis yang Ada

Jika seseorang memiliki kondisi medis yang bisa memicu inflamasi, seperti diabetes atau penyakit jantung, mengendalikan kondisi tersebut melalui pengobatan dan gaya hidup sehat dapat membantu mencegah inflamasi.

Selalu ingat, meskipun mungkin tidak bisa selalu mencegah inflamasi, melakukan langkah-langkah ini dapat membantu mengurangi risiko dan dampak inflamasi pada kesehatan seseorang. Semoga informasi ini berguna, ya!


Referensi :

Chen, L., Deng, H., Cui, H., Fang, J., Zuo, Z., Deng, J., Li, Y., Wang, X., & Zhao, L. (2017). Inflammatory responses and inflammation-associated diseases in organs. Oncotarget, 9(6), 7204–7218. https://doi.org/10.18632/oncotarget.23208

Bennett, J. M., Reeves, G., Billman, G. E., & Sturmberg, J. P. (2018). Inflammation–nature’s way to efficiently respond to all types of challenges: Implications for understanding and managing “The epidemic” of chronic diseases. Frontiers in Medicine, 5. https://doi.org/10.3389/fmed.2018.00316 

Furman, D., Campisi, J., Verdin, E., Carrera-Bastos, P., Targ, S., Franceschi, C., Ferrucci, L., Gilroy, D. W., Fasano, A., Miller, G. W., Miller, A. H., Mantovani, A., Weyand, C. M., Barzilai, N., Goronzy, J. J., Rando, T. A., Effros, R. B., Lucia, A., Kleinstreuer, N., & Slavich, G. M. (2019). Chronic inflammation in the etiology of disease across the life span. Nature Medicine, 25(12), 1822–1832. https://doi.org/10.1038/s41591-019-0675-0 

Alharbi, K. S., Alenezi, S. K., & Gupta, G. (2023). Pathophysiology and pathogenesis of inflammation. Recent Developments in Anti-Inflammatory Therapy, 1–9. https://doi.org/10.1016/b978-0-323-99988-5.00006-1 

Punchard, N. A., Whelan, C. J., & Adcock, I. (2004). The Journal of Inflammation. Journal of inflammation (London, England), 1(1), 1. https://doi.org/10.1186/1476-9255-1-1

Patel, P., DeCuir, J., Abrams, J., Campbell, A. P., Godfred-Cato, S., & Belay, E. D. (2021). Clinical characteristics of multisystem inflammatory syndrome in adults. JAMA Network Open, 4(9). https://doi.org/10.1001/jamanetworkopen.2021.26456 

Ward, P. A. (1999). The acute inflammatory response and its regulation. Archives of Surgery, 134(6), 666. https://doi.org/10.1001/archsurg.134.6.666 

Fauzi, N. (2021, May 2). Apa Itu Inflamasi? Tanda, proses, Penyebab Dan Perawatannya. Nerslicious. https://www.nerslicious.com/inflamasi/ 

Makarim, F. R. (2021, June 18). Inilah mekanisme Terjadinya Inflamasi Pada Tubuh. halodoc. https://www.halodoc.com/artikel/inilah-mekanisme-terjadinya-inflamasi-pada-tubuh 

Fajar, K. A. (2022, October 27). Proses Inflamasi Ternyata penting, Begini Mekanismenya. Hello Sehat. https://hellosehat.com/sehat/informasi-kesehatan/proses-inflamasi-tubuh/

Twitter